Kalau di Amerika Serikat itu dibatasi. Jadi, penjualan
satu rumah, ya, memakai satu broker. Kalau di sini, satu rumah bisa
dijual oleh lebih dari lima broker berbeda.
-- Andre Witjaksono
Akibat kurangnya kesadaran konsumen ini, lanjut Andre, muncul persaingan tidak sehat di antara para broker.
"Kalau di Amerika Serikat itu dibatasi. Jadi, penjualan satu rumah, ya, memakai satu broker. Kalau di sini, satu rumah bisa dijual oleh lebih dari lima broker berbeda," ujarnya.
"Akhirnya, yang terjadi persaingan tidak sehat, karena pakai open listing. Penjualannya disebar, sehingga ada broker-broker tidak berlisensi ikut serta. Pasar menjadi rusak, karena saling banting komisi," lanjut Andre.
Lisensi bagi broker, menurut Andre, merupakan sebuah keharusan atau jaminan pelayanan broker terhadap konsumen. Broker bukanlah calo atau makelar, melainkan bisnis jasa untuk membantu memasarkan produk properti, termasuk memberi saran kepada konsumennya.
"Broker adalah profesi seperti halnya pengacara atau dokter. Broker harus punya lisensi untuk menjalankan pekerjaannya. Dulu, kondisi seperti ini terjadi di Taiwan 10 tahun lalu. Tapi, sekarang semua broker di sana punya lisensi, karena pemerintahnya tegas mengatur," ujarnya.
No comments:
Post a Comment