Tujuan membeli rumah untuk dijadikan homestay tentu berbeda
pertimbangannya dengan membeli rumah untuk tempat tinggal. Keuntungan
ganda dibidik ketika seseorang memutuskan membeli rumah untuk homestay,
dari surplus hasil pengelolaannya dan dari kenaikan nilai aset
propertinya. Bisa dikatakan, pertimbangan rumah yang akan dijadikan
homestay dari segi lokasi, fungsi tata ruang dan model arsitekturnya
memilki ketentuan khusus yang berbeda dari rumah tinggal biasa. Terlebih
dari segi luasan bangunannya, rumah bakal homestay sekurangnya 140
meter persegi untuk bangunan2 lantai dengan 3 kamar tidur.
Atas alasan apapun membeli rumah pada
dasarnya merupakan tindakan investasi. Selisih harga beli dan harga jual
pada nantinya adalah keuntungan investasi, nyata, tak mengada-ada. Di
kota-kota besar tujuan wisata, homestay Jogja bersewa harian adalah
bukti kongkrit yang bisa dipilih sebagai instrumen investasi properti
yang menguntungkan.
Tercatat, hampir disemua properti rumah yang berkategori normal
(legalitas lengkap, akses jalannya normal untuk dua mobil, tidak berada
disamping kuburan, tidak berada di atas tanah dengan kemiringan curam
atau daerah berbahaya lainnya, juga tidak ekstrem melawan logika umum
bentuk bangunannya), mengalami kenaikan kisaran 18%, bahkan bisa lebih,
tiap tahunnya. Meskipun kasuistik, bebeda di masing-masing kota,
properti rumah yang dibangun dan dirancang secara matang sesuai
kebutuhan pasar malah bisa mengalami kenaikan nilainya di kisaran 26%
pertahun.
Uraian di atas makin mempertegas bahwa investasi beli rumah memang
menguntungkan. Apalagi jika rumah tersebut memilki nilai tambah untuk
dijadikan homestay bersewa harian, makin menguntungkan pula lah
investasinya. Di kota besar seperti Jogjakarta, homestay bersewa harian
adalah instrumen investasi properti menguntungkan yang bisa dipilih.
Perhitungan sederhananya, rumah baru 2 lantai dengan 3 kamar tidur,
type 140/120, di Jogyakarta dibeli dengan harga Rp.700 juta. Jika uang
mukanya 10% maka KPR-nya adalah Rp. 630 juta. Untuk tenggat waktu kredit
15 tahun, cicilan KPR perbulannya dengan suku bunga 8,5 % saat ini
adalah Rp. 6.203.859,00. Dengan sewa harian Rp. 800 ribu per hari, maka
dibutuhkan tingkat keterisian sewa 8 hari dalam satu bulan, supaya
cicilan KPR-nya tercukupi dari hasil sewa homestay-nya.
Tamsil perhitungan yang dibuat tersebut menggunakan ilustrasi
homestay Jogja, dianggap visibel dan wajar bisa tercapai sebagai
tantangan bisnis di kota lain. Agenda dasarnya, tinggal bagaimana
caranya agar kemampuan kelola manajemen homestay memenuhinya target
okupansi secara konsiten dan stabil selama masa kredit. Atas
pertimbangan ini lah amat disarankan pemilik rumah yang dijadikan
homestay, bergabung atau menitipkan pengelolaannya kepada jaringan
pengelola yang telah berpengalaman.
Rumusan marketing, sebagaimana diketahui, berlaku bahwa semakin
penyedia barang atau jasa mampu memberikan pilihan lebih banyak pada
konsumen penggunanya, maka semakin tinggi pula omset yang diraihnya.
Faktor beban biaya operasional pun dengan sendirinya makin ringan karena
disangga dari sumber pendapatan lebih banyak, berasal dari homestay
lain.
Tak berlebihan dan amat masuk akal kiranya, jika klaim tentang
investasi homestay dapat meraup keuntungan ganda diteguhkan. Dari segi
kenaikan nilai aset properti rumah, pemiliknya mendapat tabungan berupa
surplus pendapatan di akhir saat rumahnya dijual nanti. Sementara selagi
berlangsung masa kredit, cicilannya bisa tercukupi dari hasil sewa
harian homestay-nya.
Meskipun demikian, satu hal yang patut diingat adalah tak ada
kepastian mutlak dalam bisnis, apapun bentuknya. Perhitungan dan analisa
bisnis bersifat proyeksi. Ia berisi rencana dan target semata. Dibuat
untuk mengenali indikasi dan kalkulasi kemungkinan berdasarkan
perhitungan matang dan terukur. Tetap saja untuk meraih keuntungan
bisnis diperlukan kecakapan dan kesungguhan yang lebih kompleks.
Sebagai investasi berbasis properti, membeli rumah untuk dijadikan
homestay dinilai lebih aman karena jaminannya adalah aset. Barang legal
yang terlindungi pemilikannya secara pasti. Belum lagi ada pihak
perbankan sebagai pemberi kredit, yang tentu saja memilki analisa resiko
lebih detail dan konservarif untuk melindungi kedua belah pihak.
No comments:
Post a Comment