Monday, August 27, 2012

Paksa Diri Anda Beli Rumah Lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Membeli rumah lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR), adalah pilihan yang paling mungkin bagi kebanyakan individu. Akan tetapi kenyataannya, keputusan membeli rumah tinggal seringkali terlewatkan dari agenda yang telah ditetapkan. Ada saja alasan yang seolah masuk akal untuk menunda. Seringkali alasan tersebut bukan karena faktor ketiadaan kemampuan beli, tetapi lebih karena faktor psikologis. Merasa kurang yakin, memilki bayangan terlampau ideal tentang rumah yang akan dibeli, merasa belum memilki dana cash di tangan dan seterusnya.
Padahal, jika ditanya, dilihat dari sisi penting dan butuhnya, hampir semua orang cenderung serempak menjawab bahwa mereka sangat ingin dan butuh memiliki rumah tinggal.
Kenyataan bahwa membeli rumah perlu keputusan bulat, berani, serta menempatkannya sebagai prioritas agenda, bila diamati, lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat melek dan tidaknya calon pembeli terhadap mekanisme pembelian rumah yang ternyata begitu mudah. Peluangnya pun begitu terbuka bagi semua orang. Hampir tiap hari, halaman koran, jejaring media sosial, bilboard di jalanan, display pameran di pusat perbelanjaan dipenuhi iklan penawaran rumah yang menawarkan banyak sekali kemudahan.
Terhitung mulai pengembang perumahan, asosiasi broker, pribadi pemilik rumah perorangan gencar sekali memberikan penawaran beli rumah. Bahkan lembaga pembiayaan seperti perbankan, dengan program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) turut gencar pula menawarkan pembiayaan dengan suku bunga murah dan mudah persyaratannya.
Bagi sementara kalangan, meskipun telah mampu memenuhi persyaratan KPR sebagai mekanisme pembelian rumah, mereka masih kerap diselimuti keengganan mengambil keputusan. “Nanti-nanti saja lah kalau sudah benar-benar siap dan mampu”, berbagai jenis alasan seperti inilah yang sering diutarakan. Terhadap berbagai hambatan psikologis semacam ini, ada baiknya kita melihat ulang dan mempertimbangkan sekali lagi, cara pandang keliru yang mengakibatkan tekad dalam mengambil keputusan membeli rumah tak kunjung bulat.
Beberapa nalar logis-ekonomi dan fakta tentang keuntungan membeli rumah, lewat mekanisme KPR bisa dijabarkan sebagai berikut:
  • Membeli rumah lewat KPR bisa menjadi alat paksa bagi kalangan yang berpenghasilan cukup untuk mendisiplinkan diri. Menabung sekaligus menikmati kenaikan investasi pada akhirnya, dan bisa memperoleh manfaat langsung dengan meninggali rumah yang di KPR-kan tersebut.
  • Suku bunga KPR saat ini, di kisaran 9% pertahun, faktanya lebih rendah ketimbang suku bunga kartu kredit maupun jenis pinjaman tanpa agunan yang banyak di tawarkan perbankan berbunga tinggai mendekati 18% pertahun.
  • Membeli rumah lewat KPR memilki jaminan keamanan lebih tinggi karena lembaga perbankan selaku pemberi kredit memilki tingkat ketelitian legalitas dan analisa resiko sangat ketat, melindungi nasabah.
  • KPR dilindungi asuransi jiwa dan asuransi jenis lain (gempa dan kebakaran), karena itu jika terjadi resiko, nasabah pun terlindungi dengan mendapat penggantian dan bahkan diputuskan lunas seluruh sisa pinjamannya.
  • Meskipun masih mengangsur KPR, rumah yang berhasil dimiliki, faktanya memiliki nilai sosial sebagai simbol pencapaian, simbol prestasi kerja dan berdampak positif bagi meningkatnya motivasi kerja, dan motivasi positif lainnya di masa depan.
  • Fakta bahwa kenaikan nilai jual rumah melonjak di atas 22% pertahun, adalah investasi yang menguntungkan. Berdasar jurnal bulanan yg dikeluarkan Bank Indonesia, kenaikan nilai jual rumah, tercatat selalu melampaui besaran suku bunga pinjaman KPR.
  • Suku bunga deposito saat ini tak lebih dari 6% pertahun, nasabah deposito sebenarnya lebih jauh lebih mendapat keuntungan jika uangnya dibelanjakan properti berupa rumah.
Bagi nasabah, persetujuan KPR dari perbankan bisa menjadi portofolio positif dan akurat bagi pengajuan kredit berikutnya, jika diperlukan. Di samping itu, untuk kepentingan bisnis, KPR juga menjadi bukti meyakinkan dan valid yang menandakan bahwa nasabah tersebut baik kredebilitasnya secara keuangan.

No comments:

Post a Comment