Bermodal aset yang sudah ada, investasi tambahan Anda akan cukup ringan jika ingin berbisnis homestay. Karena bangunan rumah sudah ada, Anda cuma perlu menyiapkan biaya untuk renovasi dan promosi.
Jika
Anda membuka homestay sendiri, tentu akan lebih repot persiapannya.
Belum lagi Anda masih harus melakukan promosi dan mengelola sehari-hari
sendiri.
Namun, jika Anda ingin memulai usaha ini, ada baiknya
mempertimbangkan sistem usaha yang akan digunakan, yakni memilih dengan
sistem waralaba atau pengelolaan secara Mandiri.
Bila Anda ingin membuka usaha homestay dengan sistem waralaba seperti
yang ditawarkan Simply Homy, misalnya, ada beberapa syarat harus
dipenuhi. Pertama, Anda harus memiliki rumah dengan fasilitas minimal tiga kamar tidur, kamar mandi, garasi, ruang keluarga, serta tentu saja dapur.
Kedua,
Anda harus memiliki modal tunai sekitar Rp 94 juta. Modal ini akan
digunakan untuk membayar franchise fee selama lima tahun senilai Rp 60
juta, renovasi dan perlengkapan dengan kapasitas 3 kamar tidur sekitar
Rp 30 juta, dan sisanya untuk mengurus biaya perizinan usaha. Adapun
renovasi meliputi pengecatan ulang, perbaikan bangunan rusak, membeli
perlengkapan tidur, pendingin ruangan, lemari, dan lain-lain. Aset
perlengkapan tersebut nantinya menjadi milik mitra.
Tria Meriza,
Direktur Operasional Simply Homy mengatakan, besarnya biaya renovasi
sebenarnya beragam. Besaran tersebut tergantung kapasitas kamar dan
perlengkapan yang dimiliki oleh mitra. "Seandainya kamar lebih banyak
dan perlengkapan belum sesuai standar kami, tentu biaya renovasi dan
perlengkapannya lebih besar," kata Tria.
Ada dua jenis kerja sama
yang sebetulnya ditawarkan Simply Homy, yaitu self management dan full
management. Dengan sistem full management, pengelolaan homestay
dilakukan oleh tim manajemen Simply Homy. "Mitra tinggal menerima
keuntungan setiap bulan sebesar 38% dari omzet," kata Tria.
Dengan
sistem ini, mitra dikenai management fee 25%, royalty fee 8%, dan
marketing fee 5%. Adapun biaya operasional memakan biaya 24% dari omzet.
Biaya operasional tersebut meliputi biaya listrik dan air, karyawan,
perawatan perlengkapan, belanja makanan dan minuman untuk tamu, serta
belanja perlengkapan mandi.
Namun, apabila mitra menginginkan
keuntungan lebih besar, Anda bisa memilih konsep self management. Dengan
konsep ini, pengelolaan homestay sepenuhnya diserahkan pada mitra dan
Simply Homy hanya menyediakan pelatihan dan pemasaran. Keuntungan yang
diperoleh sebesar 50% dari omzet. Keuntungan ini lebih besar
dibandingkan konsep full management karena konsep self management bebas
management fee.
Selain itu, kewajiban terhadap pewaralaba setiap
bulan hanya 8% untuk royalty fee dan 3% biaya pemasaran. Sisanya
merupakan biaya operasional yang akan menjadi beban sang mitra.
Tria
mengatakan, tingkat hunian homestay Simply Homy rata-rata 15 hari
hingga 16 hari per bulan. Dengan biaya sewa Rp 800.000 hingga Rp 1,6
juta per hari, per bulan omzet yang dia dapat bisa mencapai Rp 15
juta–Rp 16 juta. "Daripada rumah Anda hanya dikontrakkan, tentu keuntungan akan lebih besar bila dibuat usaha homestay," kata Tria.
Sekadar
perbandingan, sewa kontrakan di Yogyakarta saat ini rata-rata hanya Rp
20 juta per tahun. Belum lagi dengan membuka usaha homestay, bangunan
secara otomatis akan lebih terawat ketimbang dikontrakkan.
Tria
mengingatkan, sebelum menyetujui proposal mitra, Simply Homy akan
melakukan wawancara terkait dengan kelayakan lokasi hunian dan sistem
kerja sama yang ditawarkan. "Kami harus memberi tahu mitra, bahwa
keuntungan yang akan diperoleh saban bulan tidak akan sama karena semua
bergantung pada tingkat okupansi," jelasnya.
Dengan mengikuti
program waralaba homestay, mitra tidak perlu pusing menyiapkan segala
perlengkapan usaha dan pengelolaannya. "Jika Anda membuka homestay
sendiri, tentu akan lebih repot persiapannya. Belum lagi Anda masih
harus melakukan promosi dan mengelola sehari-hari sendiri," ujar Tria.
Akan
tetapi dengan mengikuti sistem waralaba homestay Anda cukup menyediakan
investasi dan akan menerima keuntungan setiap bulan.
Kini, mari bandingkan dengan membuka usaha homestay yang dilakukan secara Mandiri.
Dengan sistem ini, investasi yang Anda perlukan tidak terlalu besar.
"Anda hanya perlu melakukan renovasi untuk mempercantik bangunan dan
ruangan, serta membeli kelengkapan ruangan," kata Satya Dharma, pemilik
Athaya Homestay di Yogyakarta.
Untuk itu, modal yang dibutuhkan
paling tidak Rp 20 juta. Perlengkapan yang harus Anda beli antara lain
ranjang hingga lemari untuk kamar tidur. Selain itu, Anda juga wajib
membeli pendingin ruangan.
Namun, besaran investasi tersebut bisa
ditekan bila perlengkapan yang Anda miliki sudah memenuhi kelayakan
sebagai hunian yang disewakan. Anggaran promosi yang harus Anda sisihkan
untuk menawarkan jasa penginapan ini juga terhitung murah, hanya Rp 3,5
juta. Perinciannya, Rp 3 juta untuk memasang iklan di website jaringan
pariwisata dan Rp 500.000 untuk pembuatan brosur.
"Beriklan di
jaringan pariwisata ini penting karena calon tamu pasti mengakses
situs-situs semacam ini untuk membandingkan harga dan layanan," kata
Satya.
Biaya Rp 3 juta tersebut berlaku selama tahun pertama,
sementara untuk tahun selanjutnya cukup membayar Rp 2 juta. Dengan
tingkat hunian 15 hari per bulan dan biaya sewa Rp 1 juta per hari,
omzet yang Anda dapat sekitar Rp 15 juta per bulan.
Adapun
keuntungan yang Anda peroleh bisa mencapai 70%. Pengeluaran untuk
usahanya ini sangatlah mini. Dengan tingkat hunian 15 hari per bulan,
pengeluaran hanya Rp 4 juta. Pengeluaran tersebut mencakup gaji
karyawan, biaya listrik, perawatan perlengkapan, belanja bahan makanan
dan minuman, serta belanja perlengkapan mandi. Tertarik?
No comments:
Post a Comment